Friday, May 18, 2018

"Persembahan" PLN untuk "Rumah Ibadah" di bulan penuh berkah


#Diskon 100% alias GRATIS Tambah Daya listrik untuk Rumah Ibadah


"PLN ini, bagaimana sih ?", gerutu seorang Jamaah sebuah Masjid, di sebuah perumahan, di Cibinong, kabupaten Bogor. 

"Memang ada apa mas ?", tanya jamaah yang lain. 

"Itu lho, Tarawih malam pertama, mati listrik, untung pas rakaat terakhir sholat witir", jelasnya. 

Memang satu perumahan tersebut, mati listrik, Rabu malam, 17 Mei 2018, sejak jam 20.20 WIB. Listrik baru menyala kembali sekitar jam 21.10 WIB. 

Akibatnya, sholat Witir di masjidnya, dilaksanakan dalam suasana gelap gulita, dan hawa yang gerah. Maklum, masjidnya dilengkapi dengan 8 buah AC berkekuatan 1 PK, ditambah deretan kipas angin yang menempel di dinding. 

Tanpa listrik PLN, jelas saja AC-AC plus kipas angin itu tidak berdaya. Lampu penerangan pun jadi "padam", lampu emergency yang ada, hanya "mbleret" saja sinarnya, temaramnya hanya sekelas "lampu teplok" saja, saat rakaat terakhir sholat Witir di malam pertama bulan Ramadhan itu.

"Eh tadi malam, Tarawih malam kedua, baru juga masuk rakaat kedua sholat Isya, mati listrik lagi", jelasnya. 

"Untung nggak lama,  tapi bacaan surat imamnya jadi tidak terdengar, pas mau Ruku', listrik sudah menyala lagi", sambungnya lagi. 

"PLN, PLN !!!", gerutu sang jamaah.

"Oh, Kalau yang tadi malam bukan PLN", jawab Jamaah yang lain tadi. 

"Maksudnya apa ? kok bukan PLN, emang PLN sudah punya pesaing ya ?", tanya jamaah yang tadi menggerutu. 

"Listriknya "nJeglek", alias "turun", sepertinya "nggak kuat",  "itu menyala, saya yang "naikkan", saya batalkan dulu sholat isya saya, agar listrik menyala kembali", Jamaah tadi menjelaskan panjang lebar.

Maklum bulan Ramadhan, malam-malam awal, jamaah masih banyak-banyaknya. Sehingga seluruh AC yang ada, dan kipas angin, dibuat menyala. Ditambah Lampu penerangan, dan Sound System, akhirnya daya listrik di masjid, jadi tidak kuat, akhirnya "nJeglek" atau "turun" tadi.

 "Wah, harus tambah daya ke PLN dong ya ?", tanya jamaah yang awalnya menggerutu. 

"Iya, betul, tapi sayang biayanya, lebih baik uangnya, dipakai untuk program Ramadhan yang lain saja, agar masjid jadi makmur", jawab Jamaah yang lain.

Fenomena di atas, sepertinya terjadi juga di banyak masjid, daya listrik masjid yang biasanya "aman-aman" saja, jadi sering "turun" atau "nJeglek" di bulan Ramadhan. 

Tapi dengan pertimbangan biaya, akhirnya penggunaan AC atau kipas angin yang diirit, bukan daya listrik masjidnya yang dinaikkan. Akibatnya semakin hari, jumlah jamaah semakin maju ke depan, karena merasa "gerah" dan tidak nyaman.  

Sepertinya "suara hati" para jamaah di atas, "didengarkan" oleh PLN, terbukti mulai tanggal 17 Mei 2018 kemarin, ada program "Gemerlap Lebaran 2018". Salah satunya adalah Diskon 100% alias GRATIS, Tambah Daya listrik untuk Rumah Ibadah. Lihat materi promo nya sebagai berikut :   
 
Promo "Gemerlap Lebaran 2018"

"Rumah ibadah itu, hanya masjid saja kah ?", tanya pembaca.

"Semua Rumah Ibadah : Masjid, Gereja, Pura, Klenteng, Kuil, yang penting tercatat resmi sebagai Rumah Ibadah", jawab penulis.


"Beneran GRATIS untuk Rumah Ibadah, UJL (Uang Jaminan Langganan) nya bagaimana ?", tanya pembaca lagi.

"Bener, GRATIS untuk Rumah Ibadah. UJL belum ada penyesuaian, jadi tetap menggunakan UJL yang ada. Tapi syarat dan ketentuan berlaku ya", jawab penulis lagi.
 

"Kemana mendaftarnya eh mohon tambah daya nya ?", tanya pembaca yang penasaran.

"Website PLN : www.pln.co.id, PLN CC-123 (PTT : 123 atau HP : (Kode Wilayah) 123, atau ke Kantor PLN", jawab penulis.


"Eh baru nyadar, kok ada syarat dan ketentuan berlaku, apaan itu ?", tanya pembaca makin penasaran.

"Nah kalau ini nanya ke PLN saja langsung ya, ke PLN CC-123 saja bisa dihubungi 24 jam lho, suaranya merdu lagi", jawab penulis tidak mau kalah. 


"Sok tahu" itu memang berat, biar PLN saja yang menjawab. Jadi untuk pertanyaan lebih lanjut silahkan kontak ke PLN CC-123 ya (PTT : 123 atau HP : (Kode Wilayah) 123) ya. 

Apalagi kalau nanyanya Tarif listriknya kepengaruh nggak setelah Tambah Daya, penulis "angkat tangan" deh.....



Tetap Semangat dan Terus Bergerak 



Tuesday, May 8, 2018

"Melawan" dengan "Memanfaatkan" bukan membenci

#Belajar dari website disway.id


"Menyalin". Menulis ulang. Hal itu yang penulis rasakan, saat membaca kembali dua tulisan sebelumnya, yang ini dan ini. Apa karena saking "nge-fans"nya, pada pak Dahlan Iskan, maka penulis hanya mampu "menyalin", menulis ulang, tulisan-tulisan pak Dahlan Iskan, dalam dua tulisan tersebut. 

Pengaruh tulisan-tulisan pak Dahlan Iskan, sejak masih di Jawa Pos dulu, era CEO Note (saat pak Dahlan Iskan menjadi Dirut PLN), Manufacturing Hope (Pak Dahlan Iskan menjabat Menteri BUMN), New Hope, hingga saat ini di disway.id, ternyata terlalu melekat, untuk sekedar dijadikan referensi. Maka yang terjadi adalah "Menyalin". Menulis ulang, tadi.

Tulisan ini, mencoba untuk tidak "menyalin", atau "menulis ulang", apa-apa yang sudah ditulis oleh Pak Dahlan Iskan. Salah satu "pengaruh", yang tertanam di benak penulis, dari Pak Dahlan Iskan, yang banyak menulis tentang Tiongkok, (hingga ditulis berseri di website disway.id, di sini, sini, dan sini), adalah untuk "Melawan" Tiongkok, dengan cara "memanfaatkan", bukan membenci. 

Menurut beliau, Tiongkok ibarat Vacuum Cleaner super raksasa. Sia-sia saja kita "marah-marah", menghancurkan Vacuum Cleaner, atau menyumbat slangnya, karena Tiongkok tidak mau menyedot pun, kita yang akan tersedot oleh "keraksasaan" kapasitas Tiongkok. "Membenci" Tiongkok, hanya akan "destruktif" untuk kedua belah pihak. 

Salah satu cara "melawan" dengan "memanfaatkan", sudah dicontohkan beliau, dengan mengirim sebanyak-banyaknya anak muda Indonesia, untuk belajar di Tiongkok. Belajar bahasanya, belajar semangatnya, belajar budayanya, belajar cara Tiongkok untuk maju. Melalui Yayasan ITCC (Indonesia Tionghoa Culture Center), Pak Dahlan Iskan, setiap tahun mengirimkan ratusan mahasiswa untuk belajar di Tiongkok. 

Tahun lalu jumlahnya 350 orang. Hebatnya, yang diberangkatkan, yang mau, tidak harus pintar, apalagi kaya. "orang mau mengubah nasib, tidak boleh ditolak", kata Andre So, koordinator ITCC, saat menjelaskan anak-anak Indonesia dari daerah 3T (Terluar, Terdepan, dan Tertinggal), yang mendapatkan kesempatan belajar di Tiongkok, dengan beasiswa yang dikoordinatori ITCC.  

Pak Dahlan Iskan bersama para "mahasiswa beliau" di Tiongkok via disway.id

Cara yang lain untuk "melawan" Tiongkok, menurut pak Dahlan Iskan, sudah dilakukan oleh Rusdi Kirana, pemilik Lion Air. Lion Air berani membuka penerbangan, dari kota-kota "pedalaman" Tiongkok (Wuhan, Chongqing)  langsung ke Manado. Masyarakat Tiongkok yang senang bepergian, membanjiri Manado, obyek-obyek wisata di sekitarnya, dengan Devisa "Yuan"nya.

Terobosan Lion Air, membuat Manado, dan obyek-obyek wisata di sekitarnya, dikunjungi puluhan ribu turis Tiongkok. Padahal penduduk Tiongkok, jumlahnya 1,3 Milyar orang, dan hobby jalan-jalan ke wisata alam yang masih perawan. Bayangkan besarnya aliran Devisa "Yuan", ke Indonesia, hanya dengan modal senyum, tentu senyum yang tulus. Asal mau, asal berani membuat terobosan seperti yang dilakukan Lion Air.

Ada juga cara "melawan" yang lain. Sehebat-hebatnya Tiongkok, ternyata juga punya titik lemah. Mereka tidak dapat menghasilkan buah tropik dan sayur tropik. Melawan mereka, dengan memanfaatkan titik lemah itu, sudah dibahas di tulisan sebelumnya, Revolusi orange. Memanfaatkan kekuatan serbu buah-buah tropik, yang dikelola secara korporasi. Pak Dahlan Iskan, pernah memulainya saat jadi menteri BUMN dulu, entah bagaimana kabarnya sekarang.

Setelah dibaca kembali, tulisan ini, ternyata saya terbukti tidak berhasil, saya kembali "menyalin" dan "menulis ulang", sesuatu yang pernah ditulis oleh pak Dahlan Iskan....tidak ringan memang, ya sudah lah, seterah pembaca sekalian saja menilainya....toh saya sudah berusaha......   


Tetap Semangat dan Terus Bergerak